Kamis, 31 Desember 2020
Selasa, 22 Desember 2020
Begin with the End in Mind
Dalam film The Founder, dikisahkan Ray Kroc semula adalah salesman sebuah brand mixer pembuat milkshake. Suatu saat Kroc hendak menawarkan mesin ke restoran McDonald's di San Bernardino. Disana dia terkesan dengan kecepatan dari sepasang saudara Mac & Dick dalam membuat burger.
Dimana jika burger yang biasa di tempat lain membutuhkan waktu penyajian 30 menit, di McDonald’s hanya perlu 30 detik.
Seketika Kroc melihat potensial dari restoran tersebut, dan membayangkan untuk mengambil alih perusahaan dari dua bersaudara ini dan menciptakan sebuah kerajaan dengan omset miliaran dollar sebagai tujuannya.
Mulailah dengan tujuan akhir.
---
Sebelumnya telah dibahas bahwa dalam implementasi 5S bukan hanya sekedar kebersihan. Terkadang 5S dilakukan saat ada audit atau ada tamu yang datang. Karena bersih itu bukan tujuan, tapi merupakan syarat. 5S merupakan langkah awal menuju program jangka panjang kesehatan perusahaan kita.
5S menjadi barometer manajemen, karena pabrik yang berjalan dengan lancar maka kemungkinan besar dikendalikan oleh sistem yang baik yang melibatkan setiap orang untuk berpartisipasi. 5S menjadi indikator pertama untuk mengetahui apakah pekerjaan berjalan dengan lancar atau tidak.
Yang menjadi target pada kampanye 5S adalah pada langkah S kelima (S-5), yaitu Pembiasaan (Shitsuke / Sustaining / Rajin) memiliki tujuan untuk menjamin keberhasilan dari kontinuitas program 5S sebagai suatu disiplin kerja sehingga menjadi budaya atau berkelanjutan karena pembiasaan.
Sehingga penerapan 5S dapat bertahan dalam jangka panjang, karena 5S tidak lagi dianggap sebagai sebuah proyek namun lebih menjadi cara kerja sehari-hari.
Pembiasaan ini dapat mengubah kebiasaan seseorang, yaitu melakukan hal yang benar sebagai suatu kebiasaan dengan cara melakukan pekerjaan berulang-ulang sehingga secara alami dapat menjadi melakukannya dengan benar.
Pembiasaan ini dapat terjadi jika telah terjadi Pemantapan (Seiketsu / Standardizing / Rawat), sebagai S yang keempat (S-4) dalam penerapan 5S.
Pemantapan ini dapat kita ciptakan dalam tempat kerja yang disiplin, dengan memberikan instruksi yang telah kita standarisasi sebagai rutinitas. Dengan standarisasi maka pembiasaan yang diinginkan dapat tercapai.
Disiplin dan rutinitas harus kita jalankan, kita harus naik tangga, bukan memilih naik eskalator sebagai jalan pintas.
Apa yang rutinitas. Salah satunya adalah Pembersihan (Seiso / Sweeping / Resik), yaitu S ketiga (S-3) dalam 5S. Membersihkan ini merupakan lebih dari sekedar membuat barang bersih, yaitu dengan menghilangkan debu, kotoran dan benda asing.
Namun pembersihan juga termasuk menghilangkan penyebab masalah satu demi satu. Pembersihan juga termasuk memeriksa apakah suatu peralatan dapat bekerja dengan baik atau tidak. Sehingga pembersihan juga merupakan proses deteksi dan koreksi.
Kurangilah budaya dan mentalitas dengan merasa bahwa pembersihan dan sanitasi merupakan bagian dari sektor jasa, yaitu untuk melakukannya kita cukup dengan membayar orang. Sehingga jangan punya pikiran bahwa pembersihan merupakan sekedar membersihkan dan memandangnya sebagai pekerjaan yang melelahkan. Jadi, yuk kita jadikan budaya.
Untuk mendukung pembersihan, maka pastikan dilakukan Penataan (Seiton / Setting in order / Rapi), sebagai langkah kedua (S-2) dari aktivitas 5S yang merupakan kegiatan menata tata letak barang, ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja dengan rapi sehingga memudahkan untuk mencari, mudah untuk menemukan dan mudah untuk mengembalikan dan segalanya selalu siap pada saat diperlukan.
Penataan berarti menyimpan barang namun dengan tetap memperhatikan efisiensi, mutu dan keamanan serta mencari cara penyimpanan yang optimal. Untuk itu harus dilakukan secara terukur dan teratur. Karena dengan kerapian dan keteraturan yang sangat tinggi maka hal ini dapat menghilangkan pemborosan waktu dalam mengambil dan menyimpan barang.
Dan akhirnya Pemilahan (Seiri / Sorting / Ringkas) dalam 5S merupakan langkah pertama (S-1) sebagai seni dalam memilih dan memilah lalu membuang barang. Sebagai langkah awal, pilih dan pilah sehingga menjadi ringkas merupakan langkah yang paling penting serta merupakan prioritas tertinggi diantara 5S.
Tidak boleh ada keraguan saat melakukan pemilahan hingga membuang barang tersebut, dan jauhkan pikiran “bila dibuang pemborosan”. Berlakulah tegas terhadap diri sendiri dan team, serta pertahankan keputusan tersebut.
Dalam langkah pertama dari 5S ini mengajarkan kita akan perlunya untuk tidak hanya mengerjakan segala hal, tapi harus juga memperhatikan pemilahan. Jika kita mengabaikan proses pemilahan, maka seringkali kita akan cenderung tidak dapat melihat sasaran maupun caranya.
---
Kembali pada film The Founder, Kroc merealisasikan tujuan dari idenya yaitu menjadikan McDonals sebagai restoran fast food yang harganya murah dan gampang dimakan. Lalu menjadikan sistem waralaba alias franchise untuk mengembangkan McDonald's.
Kroc pun bekerja sama dengan Mac & Dick dengan melebarkan sayap dengan membuka gerai-gerai waralaba, mengganti es krim dan milkshake konvensional menjadi bentuk bubuk yang enggak membutuhkan pendingin, menggandeng investor-investor middle class, bahkan membeli hak atas nama “McDonald's” dari kakak beradik tersebut hanya dengan 2,7 juta dolar (sekitar Rp2,7 miliar).
Dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai, kita akan dapat menentukan langkah yang akan ditempuh dengan harapan langkah tersebut akan membantu kita mencapai tujuan.
Salam sehat dan salam improvement.
23.12.2020
Taufan Yanuar
Senin, 21 Desember 2020
Nothing Good
Jumat, 18 Desember 2020
Selasa, 15 Desember 2020
Pilih dan Pilah
Ada yang menarik dari sebuah trailer video di media sosial, yang mengisahkan seorang anak muda yang sedang dalam perjalanan di bandara, lalu terjadi suatu kecelakaan menimpa seorang anak laki-laki. Terkena pecahan kaca papan iklan yang tak sengaja jatuh, anak laki-laki ini mengalami pendarahan di leher. Seseorang lain lagi mengaku sebagai dokter mencoba menolong, tapi anak muda ini mengoreksi yang dokter tersebut lakukan. Singkatnya, anak muda tersebut kemudian melakukan pertolongan pertama yang heroik dan kejadian ini mendadak viral di media sosial.
Itulah kisah Shaun
Murphy, sang penderita autisme sekaligus Sindrom Savant, sindrom yang
memungkinkan penderitanya memiliki kemampuan spasial dan ingatan fotografis
yang luar biasa, dalam serial The Good Doctor Season 1. Dalam kisah-kisah
selanjutnya kita akan dibawa ke suasana tegang di ruang bedah RS San Jose St.
Bonaventure.
Dalam ruang bedah,
kita dapat menyaksikan hanya ada alat yang diperlukan disana,lokasi untuk
setiap alat juga sudah dengan urutan seberapa perlunya alat tersebut
diperlukan. Dokter bedah harus mampu meraih dengan segera setiap alat yang
sering digunakan.
Tentunya alat yang
diperlukan saat proses operasi bedah tersebut telah mengalami proses pemilahan dan pemilihan terlebih
dahulu sehingga akan sangat efektif dan efisien saat digunakan dalam operasi
bedah berlangsung. Karena nyawa seseorang sedang dipertaruhkan.
Sumber foto : www.freepik.com/premium-vector/
---
Seiri (sorting / ringkas) dalam 5S merupakan langkah pertama sebagai seni dalam memilih dan
memilah lalu membuang barang. Sehingga secara tidak langsung langkah ini adalah
seni membuang barang. Selain sebagai langkah awal ini juga merupakan langkah
yang paling penting serta merupakan prioritas tertinggi diantara 5S.
Tidak boleh
ada keraguan saat melakukan pemilahan hingga membuang barang tersebut, dan
jauhkan pikiran “bila dibuang pemborosan”. Dan juga jangan ada pula pikiran
“sementara disimpan hingga nanti dapat diambil keputusan. Kita harus ingat
bahwa efisiensi –lah yang ingin kita capai.
Jangan
ragu, berlakulah tegas terhadap diri sendiri dan team, serta pertahankan
keputusan tersebut.
Dapat
dikatakan orang yang terbaik dalam melakukan pemilahan, pemilihan dan pembuangan barang adalah orang yang tidak
memiliki barang tersebut.
Setidaknya
ada 2 langkah dalam tahap ini yaitu barang yang tidak diperlukan harus disimpan
jauh-jauh, sebaliknya barang yang diperlukan disimpan dekat kita. Lalu untuk
barang yang disimpan ini harus ditentukan pula berapa banyak yang perlu
disimpan, tentunya tidak boleh terlalu banyak.
Sumber foto : www.homesforsaleinmontgomeryalabama.com
Dalam langkah pertama dari 5S ini mengajarkan kita akan
perlunya untuk tidak hanya mengerjakan segala hal, tapi harus juga
memperhatikan pemilahan. Jika kita mengabaikan proses pemilahan, maka
seringkali kita akan cenderung tidak
dapat melihat sasaran maupun caranya.
Tidak hanya barang, saat ini kita juga sering dibanjiri oleh
informasi, sehingga akan sangat baik jika kita dapat memilah dan memilih
barang, jasa dan informasi yang diperlukan daripada sekedar menyimpan setiap
barang, jasa dan informasi tersebut. Termasuk dalam hal manajemen informasi
kita perlu menyaring informasi.
Dalam melaksanakan pemilahan ini kita harus berpanduan dengan
menentukan sasaran terlebih dahulu. Terdapat beberapa metode untuk membantu
kita, misalnya Pareto salah satunya.
Dalam asas pemilahan kita bisa bagi menjadi 3 berdasarkan
frekuensi pemakaian atau derajat kebutuhan, yaitu rendah : barang yang tidak
pernah dipergunakan tahun lalu atau dipergunakan sekali dalam 6 – 12 bulan,
lalu sedang : barang yang hanya dipergunakan 2 – 6 bulan terakhir atau barang
yang digunakan sekali dalam 1 bulan, dan tinggi : barang yang dipergunakan setiap
minggu sekali, setiap hari sekali, atau setiap 1 jam sekali.
---
Kembali ke serial film The Good Doctor, ingatan kita kembali ke tahun
2005 lampau, ada film yang seputar meja bedah, yaitu Grey's Anatomy, yang menceritakan suka-duka
sebagai tenaga medis dan juga hubungan mereka dengan orang-orang dalam
kehidupan mereka.
Sama halnya dengan Grey's
Anatomy yang tayang hingga season ke-14, film serial The Good Doctor yang mulai
tayang tahun 2017 juga cukup sukses dan banyak ditonton, terutama dalam masa
pandemi saat ini. November 2020 ini, The Good Doctor memasuki season ke-4.
Selamat menonton sambil mempraktekkan pemilahan
& pemilihan.
Salam sehat dan salam improvement.
16.12.2020
Taufan Yanuar
Jumat, 11 Desember 2020
Rabu, 09 Desember 2020
Terukur dan Teratur
Bagi penyuka kisah detektif tentu tidak asing dengan tokoh Hercule Poirot karangan dari Dame Agatha Mary Clarissa Christie, atau yang lebih dikenal dengan Agatha Christie. Dalam novel fiksi detektif tersebut kita akan dipertemukan dalam kisah dengan teka-teki yang tidak sekedar sulit untuk dipecahkan, namun juga perlu ketelitian untuk memecahkannya.
Ciri khas Poirot
adalah berperawakan kecil, kepalanya berbentuk telur, dan yang paling khas
adalah kumis mirip sakera yaitu kumis hingga ke pipi dan menjulang ke atas.
Untuk pakaian Poirot cenderung berdandan rapi dan necis. Karena obsesinya akan kerapian dan keteraturan sangat tinggi,
tak jarang Poirot mengkritik orang lain yang memakai dasi dengan miring.
Dan tokoh utama Poirot,
sang detektif, selalu dapat memecahkan misteri berkat ketelitian dan sifat OCD
yang menjadikan dia sosok yang terukur
dan teratur.
---
Seiton (Setting in
order / rapi) adalah langkah ke-2 dari aktivitas 5S yang merupakan kegiatan
menata tata letak barang, ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja dengan rapi
sehingga memudahkan untuk mencari, mudah untuk menemukan dan mudah untuk
mengembalikan dan segalanya selalu siap pada saat diperlukan.
Sumber foto : https://www.jll.co.id/en/trends-and-insights/
Contoh untuk membayangkan rapi sebagai langkah dalam 5S
adalah misalnya tempat parkir dan perpustakaan. Bayangkan jika mobil di tempat
parkir dan buku di rak perpustakan tidak ditata dengan baik, maka akan banyak
mobil dan buku yang tidak tersusun.
Sumber foto : https://www.reddit.com/r/oddlysatisfying/
Ada 3 langkah dalam penataan, yaitu yang pertama kita
tentukan tempat untuk menyimpan barang secara tepat. Kedua tentukan bagaimana cara
menyimpan barang tersebut. Dan yang ketiga adalah mentaati aturan tersebut.
Kemudian yang tidak kalah penting setelahnya adalah
pengkajian efisiensi. Yaitu seberapa cepat kita dapat menemukan barang tersebut
saat akan diperlukan. Jika memakan waktu lama, lakukan analisis mengapa bisa
begitu lama.
Untuk mempercepat dalam pencarian, beberapa hal yang bisa
kita lakukan misalnya, memberi nama resmi pada barang tersebut, karena akan
memakan waktu jika terdapat 1 barang mempunyai 2 nama. Kemudian selain nama
yang tidak kalah penting adalah lokasi yang tergambar pada sketsa di sebuah
papan.
Selain itu tips untuk mempercepat pencarian adalah kita
kelompokkan barang berdasarkan fungsi atau produk atau proses atau yang
lainnya.
Penataan berarti menyimpan barang namun dengan tetap
memperhatikan efisiensi, mutu dan keamanan serta mencari cara penyimpanan yang
optimal. Untuk itu harus dilakukan secara
terukur dan teratur. Karena dengan kerapian
dan keteraturan yang sangat tinggi maka hal ini dapat menghilangkan
pemborosan waktu dalam mengambil dan
menyimpan barang.
---
Detektif Poirot memang
menyukai keteraturan bahkan sangat tergila-gila kepada kerapian dan kebersihan.
Dia tidak akan segan-segan segera mengambil sikap untuk membetulkan atau
meluruskan sesuatu yang dianggapnya tidak
teratur.
Namun jangan sampai
kita menderita OCD atau Obsessive-compulsive Disorder, yaitu gangguan mental
yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran obsesif, perilaku kompulsif
(paksaan), atau keduanya. Memang gangguan psikologis ini yang sering
disalahartikan sebagai orang yang sangat menyukai keteraturan atau sangat
menyukai kebersihan.
Untuk lakukan dengan terukur dan teratur, tapi jangan sampai
tersungkur.
Sumber foto : https://riliv.co/rilivstory/
Salam sehat dan salam improvement.
09.12.2020
Taufan Yanuar
Minggu, 06 Desember 2020
The Higher
Kamis, 03 Desember 2020
Today is a Gift
Yesterday's the past, tomorrow's the future, but today is a gift. That's why it's called the present - Bil Keane
-
SGN Consulting
Soeket Ganesha Nusantara
Selasa, 01 Desember 2020
Change The Culture
Yuk, Jadikan Budaya
Hampir setiap usai jam makan siang, Managing Director yang berkebangsaan dari Jepang dari tempatku bekerja sebelumnya, selalu menyempatkan berkeliling pabrik berjalan di tiap lantai dari 3 gedung yang ada. Sambil berjalan mengamati dan menyapa, beliau juga tidak segan-segan memungut sampah jika ditemui lalu dimasukkan ke dalam tempat sampah.
Beliau melakukannya dengan rutin. Buat beliau hal tersebut
biasa dilakukan, tidak pernah gengsi dilakukannya, meski beliau merupakan
berada di pucuk tertinggi dari perusahaan.
Hal ini bisa dimungkinkan karena kebersihan yang menjadi
bagian dari 5S sudah menjadi budaya dan mengakar sejak
usia dini.
---
Membersihkan dalam 5S sebagai S yang ke-3 merupakan lebih
dari sekedar membuat barang bersih, yaitu dengan menghilangkan debu, kotoran
dan benda asing. Namun pembersihan juga termasuk menghilangkan penyebab masalah
satu demi satu.
Pembersihan juga meliputi pencucian dan pemolesan. Sehingga
slogan “nol kotoran” atau “nihil debu” sering digaungkan dan acap kali
dikampanyekan dalam aktivitas 5S.
Pembersihan juga termasuk memeriksa apakah suatu peralatan
dapat bekerja dengan baik atau tidak. Sehingga pembersihan juga merupakan
proses deteksi dan koreksi.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat 3 langkah pembersihan, yaitu
- Makro : membersihkan segala sesuatu dan menangani penyebab keseluruhannya
- Individual : membersihkan tempat kerja khusus dan bagian mesin khusus
- Mikro : membersihkan bagian dan alat khusus serta penyebab kototan diindentifikasi dan diperbaiki
Kurangilah budaya dan mentalitas dengan merasa bahwa pembersihan dan
sanitasi merupakan bagian dari sektor jasa, yaitu untuk melakukannya kita cukup
dengan membayar orang. Sehingga jangan punya pikiran bahwa pembersihan
merupakan sekedar membersihkan dan memandangnya sebagai pekerjaan yang
melelahkan.
Juga jangan lakukan aktivitas 5S pada umumnya dan
Pembersihan pada khususnya sendirian, namun jadikan sebagai tanggung jawab
bersama yang artinya merupakan tanggung jawab setiap orang. Caranya dengan
membagi area kerja untuk menjadi tanggung jawab masing-masing.
Mirip dengan area pertahanan parkir bus dalam sepakbola yang
diterapkan oleh Jose Mourinho. Pasukannya bisa kalah melawan tim lawan jika setiap
pemain tidak bekerja sama dengan sebaik mungkin.
Begitu juga dengan 5S, kita bisa kalah dalam perang melawan
kotoran jika setiap orang tidak bekerja sama dengan baik. Kita bisa gagal jika
tidak ada tanggung jawab individual yang digariskan dengan jelas dan tidak ada
semangat kerja sama dalam memelihara daerah tanggung jawab kelompok.
---
Budaya Jepang tidak hanya pembersihan dan 5S. Budaya Jepang lainnya
adalah senantiasa mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan menganalisis
data. Hal ini menjadikan Jepang mampu merajai dunia terutama di bidang otomotif
dan elektronik.
Sumber foto : scroll.in/field/885160/japan-fans-clean-up-stands-after-belgium-defeat-players-leave-a-thank-you-note-in-dressing-room
Tidak hanya di kantor atau di dunia kerja, budaya bersih
juga ditunjukkan di lapangan sepakbola.
Masih ingat di kepala kita, saat Piala Dunia digelar di Brasil (2014) dan Rusia (2018), pendukung timnas Jepang memukau khalayak dunia dengan bertahan di dalam stadion guna memungut sampah. Para pemain timnas Jepang juga meninggalkan ruang ganti dengan kondisi mengilap.
Salam sehat dan salam improvement.
02.12.2020
Taufan Yanuar
Senin, 30 November 2020
Never Tried Anything New
Rabu, 25 November 2020
Selamat Hari Guru
Selasa, 24 November 2020
Take the Stairs
Naik Tangga atau Eskalator?
Ada cerita unik Carlos Tevez yang pernah bermain untuk Manchester United pada tahun 2007 hingga 2009 mengenai Cristiano Ronaldo dalam hal latihan.
CR7 selalu menuju ke
gym setelah sesi latihan. Selain itu Ronaldo selalu tiba latihan lebih awal.
Ketika latihan dimulai pukul 9 pagi, Tevez datang pukul 8, dan Ronaldo sudah
ada di sana. Kemudian lain hari Tevez datang pukul 7.30, namun Ronaldo sudah
hadir di tempat latihan
Bahkan pernah suatu
hari Tevez sengaja tiba pukul 6 pagi, tapi Ronaldo sudah lebih dahulu datang.
Terkantuk-kantuk, tapi dia sudah ada di tempat latihan.
Ronaldo selalu punya
waktu untuk berlatih lebih banyak porsi yang diberikan tim. Ronaldo berlatih
dengan tingkat disiplin yang tinggi sebagai rutinitas, maka tidak heran
segudang prestasi dia raih baik dari gelar klub maupun gelar pribadi.
Cristiano Ronaldo
mencapai sukses sejati karena latihan keras dan disiplin. Ibaratnya dia lebih
memilih naik tangga dibandingkan naik
eskalator sebagai jalan pintas.
---
Sebelumnya kita telah membahas Pembiasaan (S yang ke-5 dalam 5S) dalam artikel “Berkelanjutan
karena Pembiasaan”. Pembiasaan tersebut terjadi dari setelah kita memutuskan
untuk melakukan hal yang lebih baik akibat dari perbagai masalah yang timbul
sehari-hari.
Sedangkan S yang ke-4 dalam 5S adalah Pemantapan (seiketsu / standardizing / rawat).
Dengan berbagai cara kita ciptakan tempat kerja yang
disiplin, dengan memberikan instruksi yang telah kita standarisasi sebagai rutinitas. Dan memang
benar bahwa tanpa standarisasi maka pembiasaan yang diinginkan akan sulit
tercapai.
Dengan standarisasi maka diharapkan rutinitas atau
pemantapan 3S pertama dari 5S bisa terjaga, yaitu seiri (sorting /
ringkas), seiton (setting in order / rapi), dan seiso (sweeping / resik).
Standarisasi
merupakan pondasi yang diperlukan sekaligus yang akan menjadi dasar dari
peningkatan di kemudian hari. Standarisasi bukan lah hal yang membatasi, namun
merupakan hal terbaik hari ini yang masih dapat ditingkatkan di hari esok.
Sehingga
standarisasi bukanlah memaksakan standar kaku yang menjadikan aktivitas menjadi
sesuatu yang rutin dan membosankan. Namun standarisasi harus dipandang sebagai
dasar dari pemberdayaan pekerja dan inovasi di tempat kerja.
Tugas
penting dalam mengimplementasikan standarisasi adalah menemukan keseimbangan
antara prosedur kaku agar diikuti karyawan dan menyediakan kebebasan untuk
berinovasi dan menjadi kreatif dengan tujuan target tetap tercapai dan target
lainnya seperti biaya, kualitas dan delivery.
Sumber : https://viblo.asia/p/5s-methodology-the-secret-to-japanese-success-3KbvZqw1GmWB
Untuk
mendukung hal tersebut, maka perlu adanya manajemen kreatif untuk membuat
peringatan visual sehingga dapat membantu setiap orang agar selalu waspada
tentang mengapa dan bagaimana memantapkan dari ringkas-rapi-resik. Karena daya
tarik visual merupakan alat paling efektif yang dapat dipergunakan.
---
Alih-alih memperkuat otot kaki dengan menaiki tangga, banyak orang yang
memilih menggunakan eskalator sebagai jalan pintas. Hal ini dapat kepercayaan diri dan bisa menjadi masalah mentalitas.
Memang jika kita naik 1 tangga tidak akan membuat perbedaan yang nyata, namun
jika ini menjadi kebiasaan sehari-hari maka akan menjadi perubahan yang
significant.
Salam sehat dan salam improvement.
25.11.2020
Taufan Yanuar
Minggu, 22 November 2020
Life as a Champion
Jumat, 20 November 2020
Future
Selasa, 17 November 2020
Sustainability This Planet
Berkelanjutan karena Pembiasaan
Hari minggu, tanggal 15 November 2020 kemarin diselenggarakan event lari Borobudur Marathon 2020 dalam bentuk format Elite Race Borobudur Marathon 2020 karena yang bertanding adalah hanya 26 atlet yang dipilih organizer berdasarkan catatan waktu di Borobudur Marathon sebelumnya dan rekomendasi PASI.
Dampak wabah pandemi tidak hanya merubah format Borobudur Marathon, namun juga kunjungan wisata ke Candi Borobudur.
Selepas acara Elite Race Borobudur Marathon 2020 tersebut, kami sekeluarga jalan-jalan menikmati keindahan dan kemegahan Candi Borobudur yang menerapkan protokol kesehatan cukup ketat. Para wisatawan hanya diperbolehkan sampai pelataran Candi Borobudur dan harus dipandu oleh tour guide.
Selain wajib memakai masker, saat masuk kawasan, wisatawan akan dicek suhu tubuhnya, bagi wisatawan dengan suhu di bawah 37,5 diberi stiker warna hijau. Lalu wisatawan diminta untuk cuci tangan dan melewati disinfection chamber.
Jumlah pengunjung dibatasi, dimana sebelumnya hanya diperbolehkan hanya 1.500 orang perhari pada bulan Juni 2020, kemudian dinaikkan menjadi 2.000 orang per hari hingga mulai bulan Oktober lalu naik menjadi 3.500 pengunjung per hari. Hal ini terjadi setelah Candi Borobudur sempat ditutup selama 3 bulan, yaitu sejak bulan Maret 2020.
Meski dibatasi hal ini tetap disyukuri, terutama bagi warga yang mempunyai mata pencaharian dari Candi Borobudur, lebih baik sedikit dan perlahan namun berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan konsep Sustainable Niche Tourism yang telah digaungkan sejak 10 tahun lalu.
---
Masalah paling umum pada penerapan 5S adalah tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Tidak berkelanjutan. Disiplin dalam menjaga standar 5S cenderung menyusut perlahan seiring waktu, sehingga pemborosan yang sebelumnya dapat dihilangkan perlahan akan kembali terjadi.
Hal ini dapat terjadi karena penerapan 5S sering kali dianggap sebagai sebuah proyek yang tidak melekat dalam cara kerja sehari-hari sehingga akan dianggap oleh karyawan sebagai fenomena semata yang bersifat sementara saja.
Di negara Jepang, sejak usia dini prinsip 5S telah diajarkan sejak duduk di bangku sekolah. Sehingga tidak heran para karyawan di perusahaan Jepang mereka sangat ketat dan disiplin dalam penerapan prinsip 5S tersebut.
Sumber foto : brightvibes.com/833/en/should-children-clean-their-own-schools-japan-thinks-so
Sedangkan bagi kita di sini, dapat menjalankan pelaksanaan audit 5S berkala sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kendala dalam penerapan 5S. Audit 5S dilakukan untuk mendapatkan informasi faktual di lapangan yang nantinya dijadikan dasar dalam rekomendasi perbaikan untuk mencapai standar yang telah ditetapkan.
Kata kuncinya adalah standar, sesuai dengan S yang ke-4 dalam prinsip 5S yaitu Seiketsu (standardizing / rawat), tujuannya adalah untuk menciptakan konsistensi implementasi 3S sebelumnya, yaitu seiri (sorting / ringkas), seiton (setting in order / rapi), dan seiso (sweeping / resik).
Sedangkan S yang ke-5, yaitu Shitsuke atau sustaining / rajin memiliki tujuan untuk menjamin keberhasilan dari kontinuitas program 5S sebagai suatu disiplin kerja sehingga menjadi pembiasaan atau budaya.
5S tidak akan berhasil tanpa pembiasaan. Dengan pembiasaan tersebut maka besar kemungkinan penerapan 5S akan berkelanjutan dan berhasil serta mencapai tujuan akhir.
Pembiasaan ini merupakan cara untuk mengubah kebiasaan seseorang, yaitu melakkukan hal yang benar sebagai suatu kebiasaan. Pembiasaan adalah jika kita melakukan pekerjaan berulang-ulang sehingga secara alami kita dapat melakukannya dengan benar.
Jika kita ingin melakukan pekerjaan kita secara efektif dan efisien serta tanpa kesalahan, maka kita harus melakukannya setiap hari. Kita harus bekerja keras dan sabar dengan mengembangkan kebiasaan yang baik.
Beberapa tips pembentukan kebiasaan baik adalah sebagai berikut
- Biasakan sistematisasi perilaku
- Perbaiki komunikasi dan pelatihan untuk memperoleh mutu yang terjamin
- Atur supaya setiap orang mengambil bagian dan setiap orang melakukan sesuatu
- Atur segala sesuatu sehingga setiap orang merasa bertanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan
- Jika mereka membuat kesalahan, manajemen harus menunjukkannya dan memastikan bahwa hal tersebut diperbaiki
- Setiap orang bekerja sama memperkuat tim dan memperkuat perusahaan
---
Semoga saja pembiasaan dan kebiasaan baik di Candi Borobudur bisa tetap berkelanjutan serta dapat diterapkan juga di tempat wisata yang lain, sehingga tidak akan menyebabkan lonjakan penderita baru dari wabah pandemi yang tidak hanya melanda di Indonesia, namun juga di dunia.
Salam sehat & salam improvement
18.11.2020
Taufan Yanuar
Senin, 16 November 2020
Grasslands
Kamis, 12 November 2020
Circular Economy: Sebuah Pengantar
Selama beberapa abad, umat manusia telah menyia-nyiakan sumber daya yang terbatas dengan mengolahnya menjadi produk-produk (plastik, bahan bangunan, makanan, dll.) dan untuk kemudian membuangnya setelah tidak bermanfaat lagi atau telah mencapai 'akhir kehidupan'-nya. Dan situasi ini hampir tidak bisa dihindarkan di banyak masyarakat modern, dan dampak dari pembuangan limbah mendatangkan malapetaka pada sistem lingkungan dan sosial.
Image: https://www.thenationalnews.com
Dampak dari pengelolaan sumber daya kita yang tidak efisien sudah terlihat dalam peningkatan emisi CO2 dan naiknya suhu bumi yang diakibatkannya, polusi plastik yang mengganggu ekosistem perairan dan darat, rusaknya kesehatan manusia serta meningkatnya frekuensi dan skala dari bencana alam yang terjadi. Lingkungan akan terpengaruh secara luas dan beragam, mulai dari gletser yang mencair, berkurangnya kesuburan tanah, meningkatnya banjir, perpindahan manusia, dan parahnya bencana alam.
Kesadaran yang mulai meningkat akan perlunya mengurangi konsumsi sumber daya dan limbah telah membuka jalan bagi terciptanya konsep inovatif seperti Circular Economy yang mengenalkan cara baru dalam design, membuat, serta memanfaatkan produk-produk serta layanan yang dapat meregenerasi serta mengoptimalkan sistem alam.
Dalam pendekatan circular, 'limbah' tidak lagi digambarkan apa adanya, melainkan dilihat sebagai sumber daya berharga yang dapat digunakan kembali untuk menghasilkan berbagai bahan bermanfaat lainnya. Sistem ini didasarkan pada apa yang secara alami muncul di ekosistem yang ada di dunia, menggunakan kembali produk limbah dalam sistem 'closed-loop'. Misalnya, daun-daun yang jatuh dari pohon digunakan sebagai bahan masukan untuk proses di tanah dan daur ulang unsur hara.
Produk yang saat ini dirancang dalam
model 'ambil-buat-pakai-buang' konvensional, dapat dirancang untuk digunakan
kembali, diperbaiki, diperbarui, diproduksi ulang, atau didaur ulang, sehingga
dapat menyimpan sumber daya berharga dalam siklus produktif dan menghindari
pembuangan sampah ke TPA selamanya. Banyak bisnis semakin mengamati manfaat
finansial, sosial, lingkungan, dalam penerapan circular economy. Dan Ellen MacArthur Foundation memperkirakan
bahwa di Eropa saja, penerapan prinsip circular
economy dapat menghasilkan keuntungan ekonomi bersih sebesar € 1,8 triliun
di tahun 2030.
13.11.2020
Erwin K. Awan
Selasa, 10 November 2020
Bersih Itu Bukan Tujuan, Tapi Syarat
Semenjak pertengahan tahun 2017 hingga awal tahun 2018, sering sekali tubuh merasa tidak enak badan. Sehingga mengharuskan sering minum obat supaya badan fit dan sehat kembali untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Saat melakukan Medical Check Up, mendapatkan nasihat dari dokter bahwa selain menjaga pola makan, juga harus menjaga olahraga, saat itu berat badanku sempat mencapai lebih dari 70 kg. Sejak tahun 2015, memang sudah tidak terlalu rutin bahkan cenderung tidak pernah berolahraga. Ditambah lagi dengan kesibukan sehari-hari yang banyak menyita perhatian dan waktu bahkan menyebabkan stress.
Akhirnya setelah instropeksi diri, untuk menjaga tubuh tetap sehat kita harus mempunyai kebiasaan yang baik, maka mulai pertengahan tahun 2018 aku mulai rutin olahraga, yaitu lari, bukan hanya demi tujuan kesehatan dan kebugaran tubuh, tapi lebih kepada karena sehat itu bukan tujuan, tapi merupakan syarat.
—
Begitu pula dengan 5S yang harus diterapkan di perusahaan, dimana 5S merupakan langkah awal menuju program jangka panjang kesehatan perusahaan kita.
5S adalah gerakan yang menjadi kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan di tempat kerja (seiri / sorting / ringkas), mengadakan penataan (seiton / setting in order / rapi), pembersihan (seiso / sweeping / resik), memelihara kondisi yang mantap (seiketsu / standardizing / rawat) dan memelihara kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik (shitsuke / sustaining / rajin).
Sumber foto : https://industrialengineeringdepartment.blogspot.com
Jadi, 5S bukan hanya sekedar kebersihan yang digalakkan saat ada audit atau ada tamu yang datang, namun lebih ke Workplace Organization, yaitu organisasi area kerja yang terkait kepada pembentukan sikap dan moral serta kontrol terhadap proses produksi yang kondusif.
Banyak sekali program improvement yang menjadikan 5S sebagai pondasi TPM. Salah satunya adalah 5S menjadi pondasi dari 8 Pilar TPM (Eight Pillar of Total Productive Maintenance), yang sebagian besar difokuskan pada pada teknik proaktif dan preventif untuk meningkatkan kehandalan mesin dan peralatan produksi.
Jika kita berkaca pada perusahaan yang tidak sehat, maka kita akan temukan lini kerja yang dipenuhi dengan barang catat dan pekerjaan ulangan (rework). Pada lantai produksi akan banyak terdapat peralatan kotor yang seharusnya bersih, peralatan yang seharusnya ada di tempat masing-masing berserakan di sembarang tempat, serta ada sejumlah besar produk reject. Singkatnya tempat itu berantakan.
Tidak itu saja, 5S juga menjadi barometer manajemen, karena pabrik yang berjalan dengan lancar maka kemungkinan besar dikendalikan oleh sistem yang baik yang melibatkan setiap orang untuk berpartisipasi. Dimana salah satu tujuan manajemen adalah merancang prosedur yang mudah diikuti untuk memastikan segala sesuatu berjalan lancar, melibatkan setiap orang dalam membuat dan memelihara penyempurnaan mulai dari tingkat operasi hingga tingkat jaminan mutu. Sehingga 5S menjadi prinsip dasar manajemen.
Dalam hal ini 5S menjadi indikator pertama untuk mengetahui apakah pekerjaan berjalan dengan lancar atau tidak. Karena orang lain memang agak sulit melihat keadaan di lantai produksi, namun setiap saat 5S dapat memberikan gambaran akurat apa yang terjadi di tempat tersebut. Karena perusahaan yang tidak sehat menerapkan 5S dengan buruk.
Karena bersih itu bukan tujuan, tapi merupakan syarat.
—
Alhamdulillah di akhir tahun 2020, olahraga menjadi rutinitas setiap hari Selasa-Kamis-Minggu, kondisi tubuh juga hampir selalu dalam kondisi sehat dan bugar, berat badan juga terjaga di kisaran 60-65 kg.
Salam sehat dan salam improvement.
11.11.2020
Taufan Yanuar
Senin, 09 November 2020
Kamis, 05 November 2020
The Starting Point
Selasa, 03 November 2020
Minggu, 01 November 2020
Kamis, 29 Oktober 2020
Selasa, 27 Oktober 2020
Sumpah Pemuda 2020
Jika Bumi Mengalami Kelebihan Oksigen
Jika bumi mengalami kelebihan oksigen (misalnya, kadar oksigen di atmosfer meningkat signifikan dari tingkat saat ini sekitar 21%), beberap...
-
Terre et plante Listen Through its participation in the worldwide ecosystem of research and innovation in agroecological practice, Veolia co...
-
Overview What is he best known for? The fields of study he is best known for: Agriculture Ecology Agronomy His scientific interests lie most...
-
MARCH 13, 2023 by University of Bristol Graphical abstract. Credit: International Journal of Biological Macromolecules (2023). DOI: 10.1016/...