Hampir setiap usai jam makan siang, Managing Director yang berkebangsaan dari Jepang dari tempatku bekerja sebelumnya, selalu menyempatkan berkeliling pabrik berjalan di tiap lantai dari 3 gedung yang ada. Sambil berjalan mengamati dan menyapa, beliau juga tidak segan-segan memungut sampah jika ditemui lalu dimasukkan ke dalam tempat sampah.
Beliau melakukannya dengan rutin. Buat beliau hal tersebut
biasa dilakukan, tidak pernah gengsi dilakukannya, meski beliau merupakan
berada di pucuk tertinggi dari perusahaan.
Hal ini bisa dimungkinkan karena kebersihan yang menjadi
bagian dari 5S sudah menjadi budaya dan mengakar sejak
usia dini.
---
Membersihkan dalam 5S sebagai S yang ke-3 merupakan lebih
dari sekedar membuat barang bersih, yaitu dengan menghilangkan debu, kotoran
dan benda asing. Namun pembersihan juga termasuk menghilangkan penyebab masalah
satu demi satu.
Pembersihan juga meliputi pencucian dan pemolesan. Sehingga
slogan “nol kotoran” atau “nihil debu” sering digaungkan dan acap kali
dikampanyekan dalam aktivitas 5S.
Pembersihan juga termasuk memeriksa apakah suatu peralatan
dapat bekerja dengan baik atau tidak. Sehingga pembersihan juga merupakan
proses deteksi dan koreksi.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa terdapat 3 langkah pembersihan, yaitu
- Makro : membersihkan segala sesuatu dan menangani penyebab keseluruhannya
- Individual : membersihkan tempat kerja khusus dan bagian mesin khusus
- Mikro : membersihkan bagian dan alat khusus serta penyebab kototan diindentifikasi dan diperbaiki
Kurangilah budaya dan mentalitas dengan merasa bahwa pembersihan dan
sanitasi merupakan bagian dari sektor jasa, yaitu untuk melakukannya kita cukup
dengan membayar orang. Sehingga jangan punya pikiran bahwa pembersihan
merupakan sekedar membersihkan dan memandangnya sebagai pekerjaan yang
melelahkan.
Juga jangan lakukan aktivitas 5S pada umumnya dan
Pembersihan pada khususnya sendirian, namun jadikan sebagai tanggung jawab
bersama yang artinya merupakan tanggung jawab setiap orang. Caranya dengan
membagi area kerja untuk menjadi tanggung jawab masing-masing.
Mirip dengan area pertahanan parkir bus dalam sepakbola yang
diterapkan oleh Jose Mourinho. Pasukannya bisa kalah melawan tim lawan jika setiap
pemain tidak bekerja sama dengan sebaik mungkin.
Begitu juga dengan 5S, kita bisa kalah dalam perang melawan
kotoran jika setiap orang tidak bekerja sama dengan baik. Kita bisa gagal jika
tidak ada tanggung jawab individual yang digariskan dengan jelas dan tidak ada
semangat kerja sama dalam memelihara daerah tanggung jawab kelompok.
---
Budaya Jepang tidak hanya pembersihan dan 5S. Budaya Jepang lainnya
adalah senantiasa mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan menganalisis
data. Hal ini menjadikan Jepang mampu merajai dunia terutama di bidang otomotif
dan elektronik.
Sumber foto : scroll.in/field/885160/japan-fans-clean-up-stands-after-belgium-defeat-players-leave-a-thank-you-note-in-dressing-room
Tidak hanya di kantor atau di dunia kerja, budaya bersih
juga ditunjukkan di lapangan sepakbola.
Masih ingat di kepala kita, saat Piala Dunia digelar di Brasil (2014) dan Rusia (2018), pendukung timnas Jepang memukau khalayak dunia dengan bertahan di dalam stadion guna memungut sampah. Para pemain timnas Jepang juga meninggalkan ruang ganti dengan kondisi mengilap.
Salam sehat dan salam improvement.
02.12.2020
Taufan Yanuar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar